Jumat, 19 April 2013

Surat Cinta buat Informatika



Dear…
Andai kau tau...
Karena senior Infor, aku dapat masuk informatika
Bergabung bersama mereka, entah kenal siapa dia
Dari mereka aku mengenal teknisi wawancara
Dari mereka aku kenal rubrik aktualita
Dari mereka aku mulai mencintai sastra
Termasuk di dalamnya ilmiah dan lain sebagainya
Dari mereka aku mengerti opini
Dari mereka pula aku belajar puisi
Dari mereka juga aku menuai aspirasi
Mereka jualah yang menasehatiku untuk mengerjakan apa yang dicintai..

Di akhir pertemuan, mereka menggemborkan konsistensi, kemauan tinggi, bahkan menyuruh kita untuk menentukan kecondongan tulisan dari dini.
Namun ketika aku mulai berempati dengan mereka, mengapa aku disuguhi tanggung jawab kepemimpinan yang luar biasa?
Memahami definisinyapun aku tiada bisa…
Apalagi konsisten mengapalikasikannya…

Mau dibawa kemana lagi eksistensi diri ini?
Atau mereka mempertanyakan persoalan impian dan tujuan?
Idealisme kita berbeda. Setidaknya menghargai prioritas hidup diri sendiri, dan mereka.
Andai kau tau juga Dear....
Aku dan rekanku itu, berada pada ranah yang berbeda. Ibarat rumah yang memiliki beberapa ruang, dia berkutat di dua ruangan. Sedangkan aku... Aku berada di rumah yang berbeda, ranah berbeda dan cuaca yang beda pula. AKu tak ingin membedakan, hanya memberi pertimbangan. Sebagaimana aku, Informatika juga tak ingin diduakan.

Tadi malam, kerongkonganku tersekat kata-kata. Takut wibawanya terluka. Karena ingin membalas budi dan jasa.
Aku tidak ingin kata bijak jadi pembuktian, aku hanya ingin tindakan bijak mereka jadi jawaban. Karena hanya ini yang bisa aku lakukan. Mungkin agak menyakitkan. Segala maaf aku haturkan. Sekian. Kamis, 18 April 2013

Minggu, 07 April 2013

Malam


Kini waktu tak  bersahabat lagi dengan komitmen.
Menyirnakan seluruh konspirasi kompeten.
Membengkokan kata yang teruntai curam..
Inspirasi redam..
Padam…
Garis itu kini berkilat pupus.
Memotong sendi-sendi ringkih ini dengan pedang lurus.

Lampau galau kemarau…
Gurun dicemiti usikan kalbu..
Memberi harapan palsu..
Masih adakah harapan itu…
Pilu….

Kenapa tak tanyakan burung berkicau pantau..
Mungkin pagi bergemuruh rindu..
Citaku tersenyum lagi..
Menjulurkan angan-angan ditemani keinginan..
Badaipun berteriak mengutus seonggok harapan..

Bermimpi lagi wahai bumi..
Meniti jalan di tepian merintis..
Jangan kau pukul lagi harapan itu..
Bangkit… selami dasar lautan..
Kejar … tiraikan bendera perjuangan..
Optimis, berserah, turuti apa kata Tuhan…