Rabu, 19 Juni 2013

Aku Rindu

Zat yang tak dapat dilihat, dapat dirasa..
Rasulku..
Walau puisiku tak seindah Bhusiri
Tak sedalam syair Jahili..
Aku hanyalah sinonim kata basi, tanpa arti..
Hanya pujangga amatir, pelipur tirani..
Mirisku, pada hegemoni duniawi..

Nabiku..
Apakah sudah saatnya kita menjemput hari itu?
Hari akhir zaman yang Allah janjikan..
Zaman yang semakin rawan, identik perpecahan..
Hingga titahmu tak lagi menawan..
Meluluhkan makna Al-Qur’an pedoman..
Dijadikan anekdot lama sebagai hiasan..
Padahal kau dulunya pengusung persatuan??

Perpecahan itu memekakan telingaku, membutakan mata…
Lebih parah dari bantingan ribuan kaca, kabut busa..
Kemana acuan Ulama pewaris Anbiya’?
Ah…Ternyata Ulama kami ditebas oleh saudara..
Kemana lagi kan kucari lentera?
Jika kebenaran dan keburukan diputar-balikan, bak kocokan dadu tak berangka, semua rata, tak ada beda…
Hanya mendedah luka..

Kemana lagi ku dapati cahaya?
Jika darah para Syuhada itu, sebatas permainan belaka..
Yang terdengar hanya kicauan tawon tak berpelita..
Sia-sia..

Sementara manusia jumawa itu, merayap merobekan identitas..
Manaik-turunkan frekuensi iman, hampir meretas..
Hingga kesadaran diri, nyaris terkupas..
Konspirasi mereka mejalar dalam eritrosit sepintas…
mungkinkah??

Ya Mustafa..
Tanpa mu dulu… mungkin kini kami tak memiliki jati diri..
Kini kami kehilangan tokoh emansipasi…
Apa mungkin kami yang tuli..
Kami kehilangan acuan bersimpati..

Kami kehilangan Siti Khadijah dengan segala kebijaksanaannya..
Kami Kehilangan Siti Aisyah dengan segala kecerdasaannya..
Kami kehilangan Fatimah dengan segala keiffahannya..
Kami kehilangan Bilqis dengan segala kebijaksanaannya..
Kami kehilangan Ibu Musa dengan segala ketabahannya..

Mereka memilki perasaan mulia..
bukan seperti kami menyalah artikan rasa..
Lalu dibutakan dengan fatomargana dunia..

Kemana lagi kami harus bersandar?
Melanggar syariat mu sudah menjadi hal wajar?
Apa mungkin kami kurang belajar?
Aku rindu qudwah itu..

Tuhanku segala makhluk..
Kami hanyalah manusia pembuat makar
Kecupan nafsu menipu kami tanpa sadar
Mungkin saat ini kami mendengar..
Namun esok kembali pada pesta bingar..
Kami takut kedengkian mengakar..

Sesuatu yang baik bagi-Mu, belum tentu baik bagiku..
Sesuatu yang buruk bagi-Mu, belum tentu buruk bagiku..
Maka tunjukan kami jalan-jalan kebaikan-Mu..
Semoga kami masih dapat mengumpulkan lentera yang berceceran, dalam kelamnya dunia malam..
Amiin..