Kamis, 09 Mei 2013

Protokol Konspirasi Zionis


“Orang-orang Yahudi tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”, dan “Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepada kamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu” (Al-Baqarah 120).

Al-Qur’an sebagai petunjuk umat seluruh alam, telah banyak berbicara tentang keburukan karakter Yahudi. Allah SWT, dalam al-Qur’an, telah menyelamatkan mereka berkali-kali dari kesesatan. Namun, mereka kembali lagi pada kesesatan, dengan melalaikan perintah-Nya. Di masa kini pun, kita dapat menyaksikan buruknya tabiat Yahudi. Terutama dalam gerakan Zionisme. 

Kongres pertama Zionisme diadakan di Basel, Swiss, tahun 1897. Kongress ini dipelopori oleh Theodore Herzl. Theodore mendeklarasikan persengkokolan yang bertujuan mencapai dominasi global, menyusun target agar dunia di bawah genggamannya. Palestina ditargetkan menjadi pusat kekuasaan bangsa Yahudi.

Sebelumnya, padatahun 1895, Theodore Herzl mengadakan konferensi Internasional Yahudi pertama kali di kota Basel, Swiss. Konferensi tersebut memperbincangkan taktik untuk menguasai dunia. Dari konferensi tersebut lahir sebuah kesepakatan yang tersimpan dalam dokumentasi rahasia. Kesepakatan itu direalisasikan secara sisitematis dan konsisten hingga saat ini. Dokumen itu adalah Protokol Zionis. 

Protokol secara etimologi berarti perkumpulan, perkuliahan atau seminar. Adapun secara terminologi, berarti persekongkolan yang membentuk suatu kinerja untuk menjadikan dunia dibawah kekuasaan Yahudi, baik secara syariat maupun tidak. Program kerja ini terdiri dari 24 pasal, yang mengindikasikan pada aspek politik, ekonomi, sosial, budaya. 

Di dalam kitab “burtukolathukamaSohyun”, Dr Ihsan Hayqi menjelaskan secara terperinci 24 pasal tersebut, tetapi penulis di sini mencoba menyenaraikan beberapa pasal, yang berhubungan dengan aspek politik, ekonomi,sosial,dan budaya.

Aspek Politik
Dunia tidak akan terkendali jika tidak ada pemimpin. Jika politik sudah tidak di tangan muslim, maka kafir beraksi menguasai dunia. Melalui Protokol, Yahudi telah merencanakan kehancuran dunia, dengan merambat melalui aspek politik. 

Protokolat pertama mengatakan, "Kebebasan politik hanyalah sebuah idealisme yang abstrak, bukanlah kenyataan, kebebasan yang utopis . Dengan itu, kita mudah memasukan kebebasan liberalisme dalam pikiran rakyat. Jika rakyat telah terhipnotis, maka mereka akan mengabaikan hak dan fasilitas yang  telah disaranai oleh pemimpin, sehingga dapat memperjuangkan idealisme yang utopis itu. Disinilah konspirasi menyihir hak dan fasilitas rakyat“ 

“Kita akan robohkan harmonisasi antara negara dan agama. Agama merupakan suatu yang radikal dan tidak berhubungan dengan perpolitikan. Agama yang dulu menjadi landasan keluhuran budi, etika dan moral, akan dihebohkan dengan kampanye kebebasan. Kebebasan itu disalahartikan. Pada saat itu, penguasa Negara sudah tidak memiliki wibawa, karena telah termakan liberalisasi. Konspirasi inilah yang akan berkuasa untuk merubah undang-undang dan peraturan Negara sesuai target yang ditetapkan”. 

Protokolat ke-lima: “Kita akan kuasai berbagai lini kepemimpinan, lalu kita rancang suatu kinerja baru, sehingga menjadi konspirasi yang mengubah seluruh peraturan yang ada. Semuanya kita lakukan bertahap, di setiap tempat dan waktu. Bermula dengan mengobarkan api peperangan antara umat. Kemenangan diantara mereka tidak boleh menghasilkan perolehan teritorial, sehingga ketika perekonomian mereka kacau, merek masih memohon bantuan kita”.

Protokolat ke-enam memaparkan, “Kita harus memiliki taktik yang jitu untuk menyingkarkan aristokrat pemerintah, dengan mengelabui rakyat menuntut hak-haknya melalui pemerasan pajak, karena bangsawan ini tidak akan ingin hidup melarat. Hal ini menjadikan para Goyim memberontak, menuntun untuk menurunkan pemimpin yang anarkis dan dikatatoris itu”.

Gerakan Zionisme ini mengakar di Palestina, dan melemahkan kekuatan Islam. Mereka dengan cepat mengusai pertahanan dengan menjadikan Amerika sebagai sekutu. Israel menjadi dalang dibalik kekuasaan Amerika dalam berbagai aspek. Dalam politik, Zionis merancang kebebasan politik demokrasi, sehingga menjadikan politik tidak bernilai dan tidak selaras lagi dengan agama. 

Aspek Ekonomi
Ketika rakyat sudah mengusung sekularime, Zionis mulai melangkah pada aspek ekonomi. Ekonomi adalah aspek yang sangat membantu kejayaan negara. Kesejahteraan ekonomi membantu kapitalis negara untuk menambal kebutuhan rakyat. Tetapi, bila ekonomi telah bobrok, maka kajayaan juga akan berakhir. Menghancurkan aspek ekonomi inilah taktik Zionis selanjutnya. 

Protokolat ke-empat mengatakan, “Ketika selain Yahudi atau Goyim, sudah tidak mampu lagi berfikir dan berkontribusi, mereka mulai putus asa dan bermalas-malasan. Seketika itu politik sudah terpisahkan oleh agama. Maka kita menggiring mereka ke arah materi. Hingga terciptalah subordinasi di antara mereka Tugas kita memalingkan mereka pada industri dan perdagangan. Maka persaingan materi dimulai. Mereka diperbudak materi. Perlu kita awasi lagi, untuk menjalankan misi ini kita harus meyakinkan spekulasi dari perindustrian tersebut, setelah mereka memercayai hasil ini, mereka masuk perangkap kita. Para pakar Goyim berada dalam kekuasaan kita, berlindung dari musuh. Naungan itu hanyalah sebagai payung yang nantinya dengan mudah diterpa angin”. 

Protokolat ke-enam mengatakan, “Ketika kita telah mengatur monopoli perdagangan besar-besaran. Kita buat gudang penimbunan harta. Yang mana harta itu didominasi oleh mereka. Setelah itu mereka terjerat hutang. Para Goyim melarat. Selanjutnya kita iming-imingi dengan menjadikan mereka buruh bergaji tinggi. Lalu barang di pasaran kita tinggikan pula harganya. Sehingga kehancuran perdagangan mereka mulai terlihat. Setelah itu mereka akan menyalahkan pemerintahan. Hilanglah kepercayaan itu di tengah keboborokan politik. Inilah musibah politik ”. 

Sejatinya, apa yang ditulis dalam protokol zionis adalah gambaran dari arus globalisasi. Namun hanya sedikit saja yang sadar akan arus ini. Padahal, perekonomian kini telah dikuasai oleh Zionisme. Globalisasi disemarakkan dengan adanya gerakan perdagangan global, pemborosan investasi perbankan, dan pergeseran fungsi media dan layar lebar.

Aspek Sosial Budaya
Budaya leluhur Islam telah terkubur. Datanglah budaya baru dari barat untuk diperkenalkan pada generasi. Generasi muda akan berfikir bahwa itu adalah kebudayaan trendi, having fun, secara tidak sadar, mereka masuk perangkap Yahudi. Ternyata, perangkap terhadap dua aspek ini telah terkonsep lebih dulu. 

Protokolat ke-dua mengatakan, “Pada saat pemerintahan memegang kekuasaan yang penuh. Di saat itu kita pengaruhi para pemuda untuk mencintai jurnalistik. Dan mayoritas kita akan menjadi pemilik jurnal yang mereka terbitkan. Dalam ranah media, mereka akan meliput semua keburukan dan keluhan rakyat terhadap pemerintahan,lalu tersebar luas di seluruh seantero dunia”. 

Protokolat ke-duabelas: “Selanjutnya kita bersosialisasi baik dengan rakyat, melalui cara memberikan keamanan bagi mereka, sehingga mereka tidak berbalik memusuhi kita. Tetapi hakikatnya itu bukanlah kenyamanan yang mereka dapat, melainkan musibah”.

Terlihat jelas oleh kita, Zionis menjejali budaya umat dengan food, fashion, film yang diadopsi dari barat. Sehingga, rakyat kehilangan identitas citra agama dan negara. Aspek pendidikan generasi muda juga telah diambil alih Zionis, dengan memberikan kebebasan berfikir dan menyebarkan buku-buku berisi kebebasan pemikiran ala Zionisme.
Awalnya, Yahudi mempengaruhi bangsa yang memiliki kekuasaan tinggi, yaitu Barat. Baru setelah itu membidik dunia .Bagi Zionis, inilah cara terbaik untuk menyerang orang Islam. Kenyataannya, Islamlah agama yang sulit ditaklukan, setelah mereka merasa mampu menundukan Kristen di tanah Barat.
Dengan pemaparan ini, marilah kita mulai membuka mata terhadap hegemoni Zionisme tersebut. Zionis telah menyusup ke sendi-sendi kehidupan kita. Mereka bersatu dalam idealisme menguasai dunia. Keinginan mereka untuk menaklukkan dunia, kini terwujud sedikit demi sedikit dalam tindakan mereka yang konkrit. Lalu apa upaya kita untuk menyikapi hegemoni ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar